BAB X
MONOSODIUM
GLUTAMAT
A
. Penggunaan Monosodium Glutamat
Monosodium
glutamate dalam perdagangan terdapat dal;am bentuk serbuk /
hablur putih, tak berbau, mempunyai rasa
yang khas, yaitu perpeduan antara manis
dan asin. Dikenal dengan berbagai merk
dagang, mjsal Ajino – Moto. Monosodium glutamate dikenal di masyarakat sebagai
bumbu masak , yang dapat membuat masakan
mereka lezat. Maka tak heran
jika monosodium glutamate
dikenal diseluruh pelosok daerah dan di penjuru dunia.
Kegunaan
dari monosodium glutamate
sebenarnya untuk penegas rasa dan pembangkit rasa yang telah
ada di dalam masakan dan bukan
sebagai bumbu masak. Jadi monosodium glutamate tidak dapat membuat masakan
makin lezat walau pemakaianya berlebih.
Berbagai pendapat tentang monosodium
glutamate, antara lain menyatakan, bahwa MSG dapat meningkatkan rasa
asin dan memperbaiki
keseimbanga cita rasa
masakan. Ada yang mengatakan bahwa dengan reseptor rasa menjadi lebih
peka sehingga kita dapat menikmati rasa yang lezat.
Monosodium
glutamate dapat mempertajam
rasa, dan dapat pula
menekan rasa tidak diinginkan, misalnya rasa bawang yang
tajam, dan juga rasa tanah pada kentang ditekan.
Menurut Meyer, pemakaian monosodium glutamate
harus diperhatikan efek
yaitu pada pH antara 3,5 sampai
7,2. Monosodium glutamate merupakan
garam natrium dari asam glutamate yang mana asam
glutamate in diperoleh dari hidrolisa protein. Asam glutamate
merupakanasam amino non esensial. Yang
dimaksud asam amino
non esensial yaitu asam -asam
amino yang terdapat di dalam tubuh orang itu sendiri dan dapat dibentuk oleh
tubuh manusia dan sehingga tidak perlu
ditambahkan dari luar, sedangkan sebagai contoh yaitu
asam glutamate, glutamine ,
glisin. Dan yang
dimaksud asam amino esensial yaitu
asam amino yang
tidak dapat dibuat oleh tubuh manusia
sehingga harus ditambahkan ke dalam tubuh manusia makanan, sebagai
contoh yaitu lisin, leosin, arginin.
Untuk menggunakan sesuatu bahan , kita
haruslah mengetahui seberapa banyak bahan ini kita pergunakan agar
kita dapat memperoleh
hasil yang terbaik. Demikian juga dengan
penggunaan monosodium glutamate ini,
juga terdapat aturan pemakaiannya Penggunaan monosodium glutamate sebagai bahan
makanan telah diatur oleh Menteri
Kesehatan Republik RI. NO . 235 / Menkes / Per / VI / 79 tentang bahan
tambahan. Menurut peraturan ini, sebenarnya dijelaskan yang diartkan dengan “penyedap
rasa” yaitu bahan
tambahan makanan yang
dapat memnerika / menambah,
atau mempertegas rasa masakan dan bukan sebagai contoh dari penyedap
rasa.
Menurut
peraturan ini perlu
dijelaskan bahwa pemakaian
monosodium glutamate adalah secukupnya dan
tidak boleh ditambahkan
pada anak dengan
umur kurang dari
dua belas minggu. Pemakaian
monosodium glutamat ini diiijinkan untuk dimakan dalam makanan.
Menurut Median Sirait yang berdasarkan
pada penerbitan Codex Alimintaries Commision List Of Additives
Evaluated for their
safety in used in food
; mengatakan bahwa monosodium glutamate termasuk dalam
golongan bahan tambahan
makanan yang telah
sepenuhnya dinilai oleh
Exspert Commite on Food Additives,
dan dinyatakan aman
untuk digunakan bagi manusia. Jadi penggunaan monosodium glutamate
dinyatakan aman bila dalam batas yang wajar (sedikit).
Memang dalam peraturan Menteri, tidak
disebutkan denagn tegas berapa banyak
monosodium glutamate yang dapat dikonsumsi setiap hari. Karena disitu
hanya dikatakn bahwa penggunaan monosodium glutamate, secukupnya. Namun apabila mau merenungkan
makna dari kata “secukupnya” maka
kita tidak akan
salah dalam penggunaan
monosodium glutamate ini dan
akan dapat memperoleh manfaat
dari penguunaan ini . Disini kata
“secukupnya” berarti tidak
berlabihan; sehingga akan terhindar dari
hal– hal yang negatif.
Badan dunia urusan
pangan dan kesehatan
( FAO / WHO )
bekerja sama, telah bersepakat
untuk menentukan secara jelas berapa
banyak monosodium glutamate yang dapat kita konsumsi setiap harinya, yaitu 120
mg/ kg berat badan setiap hari.
Berdasarkan laporan
yang ke 17 FAO / WHO
Exoert Comite on food additive, tech , Rep , WHO No . 539
tahun 1974 disebutkan bahwa
monosodium glutamate dapat
diberikan pada orang dewasa atau pada
anak dengan umur
lebih dari 12
minggu, yaitu sampai 120 mg/ kg berat badan (Reinold, 1982).
Disini berarti
kita tidak dapat mengkonsumsi lebih dari 120 mg / kgberat badan per hari.
Dengan adanya peraturan
ini, mungkin kira –kira berapa iligram monosodium glutamate yang
dapat kita konsumsi. Misal : seseorang
dengan berat badan 50 kg, maka dalam satu
hari orang tersebut dapat mengkonsumsi
monosodium glutamate sebanyak
50 x 120
mgr atau 6
gr monosodium glutamate untuk
menu dalam satu hari.
Sebelum beredar
dipasaran ( dalam perdagangan )
monosodium glutamate harus memenuhi dulu persysratan serta
mutu yamg telah ditetapkan oleh Departeman Kesehatan dalam
hal bahan tambahan makanan yang disyshkan
dengan keputusan Menteri Kesehatan RI No. 43 / Me n Kes / SK / SK / 79.
Dalam
Kodek Makanan Indonesia dinyatakan bahwa monosodium glutamate mengandung
tidak kurang dari 99,0 % monosodium
glutamate . logam berat dar monosodium glutamate , tidak lebih dari 3 mgr per
1 kgr .
Jadi monosodium glutamate yang
beredar di pasaran
telah dikontrol kwalitasnya atau kemurnianya .
Untuk menggunakan sesuatu
pasti ada aturan
pakainya sehingga tidak merugikan
konsumen, demikian juga dengan monosodium glutamate.ini
Meskipun telah ada aturan yang
jelas tentang pengunaanmonosodium glutamate , namun ternyata tidak setiap orang mau menngindahkan peraturan
ini. Tetapi ada diantaranya yang benar
–benar tidak tahu turan pemakaian monosodium glutamate ini , tetapi ada juga
yang tahu namun ingin mendapat hasil yang
lebih baik atau sedap, maka dia
mencoba untuk menambahkan takaran
monosodium glutamate dalam masakan, dan menurut perasaanya merasakan masakanya
menjadi semakin enak .
Demgan adanya hal ini , menyebabkan pemakaian monosodium
glutamate menjadi berlebih , apabila hak
ini ditunjang dengan adayaiklan –
iklan yang makin gencar mempromosikan monosodium glutamate.
Monosodium glutamate terdapat di
seluruh penjuru dunia mulai dari kota – kota besar sampai ke pelosok desa, juga monosodium glutamate
ini meluas bukan hanya didalam sayuran
saja tetapi sampai pada makanan kecil (
snack ) tidak luput dari jangkauan monosodium glutamate. Tetapi apakah
pemakaian monosodium glutamate
yang melebihi batas
ini menimbulkan akibat sampingan ? hal ini mendapat perhatian dari ahli- ahli
, apalagi dengan ditemukanya
gejala keracunan padaq restoran
cina yang diketahui bahwa restoran ini memberikan monosodium
glutamatdalam jumlah besar dalam makanan ( chinesse Restoran Syndroom)
yang dikemukakan olrh Dr . Ho Man Kwok
pada tahun 1969.
Gejala gejala dari keracunanmakanan
di restoran cina ini khas , yaitu
15 - 25
menit setelah makan masakan
di restoran cina
dan gejala ini meningkat dengan
hebat setelah 45 menit. Gejala
tersebut yaitu:
a.
Rasa panas yang hebat pada tengkuk dan leher.
b.
Diikuti rasa panas yang amat sangat ( membakar ) pada
bagian atas dada ( Reinolds 1982 ; Winarno 1984 )
c.
Wajah
terasa panas
Dismping
gejala di atas , ada gejala lain seperti : kesemutan pada rahang bawah , pusing
, dan lain – lain.
Dengan adanya pernyatan tersebut
tentang keracunan makanan di restoran cina ini , timbul perbedaan pendapat
dalam hal aman atau tidaknya monosodium glutamate pada bahan makanan, sehingga
timbulah penelitan – penalitian.. Penelitian ini antara lain dilakukan oleh
John Olney (1969 ). Dia mengemukakan bahan percobaan cindil / anak tikus putih
dengan jalan memberikan 0,5 gr atau lebih monosodium glutamate per kgberat
tikus per hari melalui suntikan . Setelahn diamati , ternyata pendapat
kerusakan sel syaraf terutamapada hipotalmus. Ahli lain yang mengadakan
penelitian yaitu Snapir dkk. ( 1971). Mereka menggunakan bahan percobaan ayam.
Mereka memberikan monosodium glutamate jumlah besar pada makanan ayam . Hasil pengamatan
terlihat sel saraf otak berkurang jumlahnya 20 – 24 % dari sel saraf ayam
normal.
Di Indonesia Iwan T Budiarso juga melakukan percobaan tentang
aman dan tidaknya monosodium glutamate. Sebagai bahan percobaan , dia
menggunakan ayam bebek, serta anak ayam berumur 1 hari . Dia
meberikan monosodium glutamate padaayam
dan bebek dengan takaran 2 mgr per gram berat badan per hari , atau 2 gram MSG
dalam setiap hari per kg berat badan. Dia juga memberikan MSG pada anak ayam
berumur 1 hari sebanyak 4 mgr dalam setiap gr berat badan atau 4 gr MSG per kg
berat badan. Hasilyang diperoleh yaitu pada ayam terdapat perdarahan , pada
ginjal juga terdapat perdarahan di otak dan penyakit sendi, sedngkan pada bebek
terdapat kerusakan pada otak.
Penelitian ini berkembang dari hewan,
yang menjadi percobaan, sampai pada manusia yang menjadi percobaan. Pada
percobaan pada 24 sukarelawan , separuh dari mereka diberi 3 gr MSG dalam
makanan , tetapi indikasi adanya gejala keracunan pada restoran cina tidak
ditemukan . Pada 77 orang percobaan , 25 orang diantaranya melaporkan merasa
enak setelah makan 5 gr MSG dalam makanan , sedangkan orang yang diberikan
pplacebo atau obat , kosong atau tidak menunjukkan gejala apapun( P.L Mrseli
dan Gerattini)pada Martindal Exstra pharmacopoeia. Percobaan diatas
membingungkan antara aman da tidaknya MSG magi manusia.
Untuk
tanah air , gejala keracunan sepertikeracunan pada restaurant cina jarang atau
bahkan tidak pernah terjadi . Di Indonesia dalam sebuah keluarga biasanya
digunakan kira– kira satu sendok the per poanci sayur, dan ini dikonsumsi untuk
semua keluarga . jadi pemakaian ini jauh lebh rendah apa yang ditetapkan oleh
WHO/ FAO. Kecuali bila kita makan diluar , misalnya : bakso , maka biasanya
penjual bakso membverikan MSG dalam jumlah banyak ,biasanya 2 sendok untuk satu
mangkok bakso, hal yang cukup mengerikan bukan ? Ada beberapa contoh pada kasus keracunan MSG
, yaitu pada seseorang yang suka makan di luar yang biasanya banyak, lama- lama
dia merasa jantungnya berdebar –debar dan tidak dapat konsentrasi, kepala
terasa berat . Namun keadaanya membaik setelah dia tidak makan diluar lagi.
Dengan adanya contoh di atas , maka sebaiknya kita di dalam menggunakan MSG ini
sedikit saja , agar tidak terjadi hal –hal yang negative.
B.
Pembuatan Monosodium Glutamat
Pembuatan monosodium glutamate
dilakukan dengan dua cara, yaitu metode Hidrolisa Gluten dan metoda Fermentasi
bakteri.
1.
Metoda Hydrolisa Gluten
Bahan
yang dipergunakan : gluten gandum
Reagen : Larutan HCl Pekat, Karbon aktif, Larutan Na2S.
Prinsip
kerja menurut Peterson dan Tressler (1965 ) dan Winarno (1984)
1. Gluten gandum
yang kaya akan
tepung ( banyak berisi
tepung ) didehidrasi dan
didigesti ( dicerna atau
dihancurkan dengan larutan HCl Pekat
, sehingga menghasilkan
asam amino. Semua asam amino dari protein didalam gandum
yang dibebaskan dengan cara hidrolisa
ini , tak
semuanya dapat digunakan
untuk pembuatan monosodium glutamate, karena
untuk pembuatan monosodium glutamate,yang digunakan hanyalah asam amino
yang dalam bentuk
L ( Levo ), dan bukan dalam bentuk D
(dekstro).
2. Asam amino
yang terbentuk ini
kemudian dikentalkan dengan
cara diuapkan pada penguapan
vakum.
3.
Diendapkan dengan cara penambahan asam klorida hingga pH
3,2.
4.
Dilakukan
proses penyempurnaan yaitu
dengan penghilangan warna ; dengan penambahan karbon aktif .;
besi : dengan penambahan Na2S ,
kemudian dialakukan
proses netralisasi dengaan penambahan
NaOH hingga pH 7.
5.
Disaring , maka akan didapat larutan monosodium
glutamate.
6. Dilakukan Kristalisasi ,
sehingga terbentuklah kristal monosodium glutamate.
2.
Metode Fermentasi
Bakteri
Bahan
yang digunakan : pati
Reagen
larutan H2SO4, Larutan CaCO3, Urea, Garam
Amonium.
Prinsip
kerja menurut Peterson dan Tresser
(1965) :
1.
Pati dihidrolisa
dengan larutan H2SO4, lalu dinetralisasikan dengan
larutan CaCO3.
2.
Disaring , maka dapat dipisahkan antara CaSO4
dengan larutan gula
3.
Dilakukan tahap – tahap fermentasi, yaitu :
- Larutan gula dalam wadah toples , kemudian kedalamnya ditambahkan biakan murni ( brevi bacterium , Micrococcus ) , kemudisn dialirkan udara steril ( digunakan sebagai bahan dasar atau stater ) . Dan dari bahan dasar ini ditambahkan larutan gula sampai 50 l dan udara steril.
- Dari 50 l larutan fermentasi ini , kita buat menjadi 500 l , dengan cara menambah larutan gula ( sampai 500l ) dan juga udara steril.
- Dibuat larutanFermenter 5 kl, dengan menambah lagi larutan fermenter II dengan larutan gula dan diberi juga udara steril.
- Dibuat larutan fermenter 50 kl , dengan cara menambahlarutan fermenter dengan larutan gula sampai 50 kl dan udara steril.
4. Dilakukan penyerapan asam glutamate
5. Asam glutamate yang diperoleh dikentalkan
dengan penguapan vakum
6. Dilakukan proses pengendapan , yaitu
ditambahkan HCl sampai pH 3,2.
7. Dilakukan proses
penyempurnaan , yaitu
penghilangan rupa atau
warna dengan karbon
aktif, penghilangan besi dengan NaSO4, netralisasi dengan
memberikan larutan natriumhidroksida, hingga pH 7.
8. Dilakukan
proses penyaringan, sehingga kita peroleh larutan monosodium glutamate.
9. Kristalisasi,
didapatkan monosodium glutamat.
Bakteri yang dapat digunakan dalam proses fermentasi ada
beberapa macam Walaupun ada beberapa
macam jenis dari jamur dari ragi yang dapat dipergunakan untuk melakukan
fermentasi asam L-glutamat, tetapi
hanya jenis bakteri tertentu yang dapat dipergunakan dalam
industri karena alasan ekonomis. Bakteri yang dipergunakan yaitu dari jenis Micrococcus dan Bravibacterium,
dimana bekteri ini memfermentasikan rumput- rumputan menghasilkan glukosa atau
gula, nitrogen, dan sumber mineral.
C. Pemeriksaan Monosodium Glutamat
Pemeriksaan untuk
monosodium glutamate ada
dua macam yaitu secara kwalitatif dan secara kwantitatif, di mana
pada pemeriksaan secara kwalitatif,
kita dapat mengetahuiada dan
tidaknya monosodium glutamate, sedangkan secara kwantitatif, kita dapat
mengetahui beberapa kadar dari MSG.
1.
Secara Kwalitatif
Organoleptis :
@
Bentuk ; kristal , hablur bentuk prisma
@
Warna : putih
@
Bau : tidak berbau
@ Rasa : khas , yaitu perpaduan antara rasa
manis dan asin
Monosodium
glutamate mudah larut dalam air, akan tetapi sulit larut dalam alkohol,
memberikan reaksi terhdap Na ( + ) / positif.
Identifikasi : 5 ml
larutan zat (1 : 100) , dipanaskan dengan Ninhidrin LP selama 3 menit , apabila
terbentuk warna ungu maka MSG positif.
Reaksi
asam amino (I )
dengan ninhidrin ( II ) . hasil pertama yang
dibentuk adalah air, sebagian bentuk
tereduksi ninhidrin (VI),
dan asam amino
(III). Ini diperlihatkan dalam kurung sebab sebenarnya
tidak diisolasi sebagai
zat antara (III)
bereaksi cepat dengan air membentuk ammonia dan
asam alpha keto
(IV) mugkin dapat
diisolasi .akan tetapi dengan
adaya panas, (IV) mengalami dekarboksilasi, membentuk CO2 dan suatu
aldehida (V) dengan satu caron kurang
dari pada asam amino aslinya.
Pembentukan warna biru
ungu yang khas
dari reaks i ninhidrin memakai kondensasi ninhidrin
yang sebagian tereduksi (VI), ammonia
dan ninhidrin (II) dengan kehilangan 3 molekul air, membentuk
zat antara komplueks (VII). Zat
antara ini kemudian
bereaksi dengan ammonia , membentuk
senyawa kompleks warna
ungu (VIII).
( I : asam
amino) ( III : as. Amino antara ) ( I V : as. α keto) panas
(V
: aldehide)
R – CH – COOH (
R – C – COOH ) R – C –
COOH R – CHO
| || ||
NH2 NH O CO2
+ H2O
O O O
|| OH || OH H H ||
OH
H N HO
|| || H HO
||
O O O
( II
: ninhidrin ) ( VI : ninhidrin tereduksi )
3
H2O
O
O
O ||
O-NH4+ || || |
| N
N
H
||
H || O
|| O
O
( VIII : senyawa kompleks ungu) ( VII :
zat kompleks antara)
3.
Secara Kwantitatif
Berat molekul : 187, 13
Cara kerja :
a.
Menimbang dengan
seksama ± 0,15 g zat yang telah
dikeringkan pada suhu 100 0 C selama 5 jam
b.
Dilarutkan
alam 3 ml asam formiat p
c.
Ditambahkan 50 ml
asam asetad glacial P
d.
Ditritrasi dengan
asam perklorat dan indicator 0,5 ml alfa
naftol bensein LP sehingga larutan berubah warna dari coklat menjadi hijau
Perhitungan :
1 ml HClO 4 0,1 N 9,356
C5H8N NaO 4
H2O
Tidak ada komentar:
Posting Komentar