Halaman

Minggu, 10 Juni 2012

Daster TA


Air merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh apa pun juga. Tanpa air manusia, hewan dan tanaman tidak akan dapat hidup. Air di bumi dapat digolongkan menjadi dua, yaitu :
1.       Air Tanah
Air tanah adalah air yang berada di bawar permukaan tanah. Air tanah dapat kita bagi lagi menjadi dua, yakni air tanah preatis dan air tanah artesis.
a.        Air Tanah Preatis
Air tanah preatis adalah air tanah yang letaknya tidak jauh dari permukaan tanah serta berada di atas lapisan kedap air / impermeable.
b.       Air Tanah Artesis
Air tanah artesis letaknya sangat jauh di dalam tanah serta berada di antara dua lapisan kedap air.
2.       Air Permukaan
Air pemukaan adalah air yang berada di permukaan tanah dan dapat dengan mudah dilihat oleh mata kita. Contoh air permukaan seperti laut, sungai, danau, kali, rawa, empang, dan lain sebagainya. Air permukaan dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu :
a.        Perairan Darat
Perairan darat adalah air permukaan yang berada di atas daratan misalnya seperti rawa-rawa, danau, sungai, dan lain sebagainya.
b.       Perairan Laut
Perairan laut adalah air permukaan yang berada di lautan luas. Contohnya seperti air laut yang berada di laut.


Berdasarkan fungsinya air dibagi menjadi 3 yaitu :
1.       Air Minum
Air yang tidak diolah atau telah diolah dan digunakan untuk memenuhi kebutuhan primer manusia yaitu minum. Misalnya : air sumur, air PAM.
2.       Air Service :
Air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan sekunder manusia, yaitu untuk perikanan, peternakan, pertanian, rumah tangga selain air minum.
3.       Air Industri :
Air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan industry.
Jenis-jenis sampel limbah industri kimia yaitu :
1.       Grab sample (contoh sesaat) : sampel yang diambil pada sembarang tempat dan waktu. Hal ini dilakukan apabila air buangan industri tidak banyak berubah baik kualitas maupun kuantitasnya.
2.       Composite sample (contoh gabungan) : sampel yang dikumpulkan dari beberapa pengambilan contoh sesaat dalam satu periode. Hal ini dilakukan jika air buangan sangat bervariasi dari waktu ke waktu baik debit maupun kuantitasnya.
3.       Integrated sample (contoh terpadu) : sampel yang diambil dalam satu lokasi dari beberapa titik dalam waktu yang sama kemudian dicampur.
Volume sampel yang diambil bervariasi tergantung pada paramater uji. Misalnya sebagai berikut :
1.       Volume 100-500 ml : BOD, COD, Sulfida, Amonia, Clorine, pH.
2.       Volume 500-1000 ml : organik nitrogen, oksigen.
Sampel yang sudah diambil hendaknya segera dianalisa, namun mengingat keterbatasan waktu, beberapa parameter dapat diuji kemudian dengan menambahkan pengawet.

No.
Max. Waktu Pengujian
Parameter
Tempat
Pengawetan
1.
Langsung
DO, pH,
Suhu
Plastik, gelas
-
2.
6 jam
BOD
Plastik, gelas
4oC


No.
Max. Waktu Pengujian
Parameter
Tempat
Pengawetan
3.
24 jam
Keasaman, Warna
Plastik, gelas
4oC
Cianida
Plastik, gelas
NaOH pH 10
4.
7 hari
COD
Plastik, gelas
2 ml H2SO4/l sampel
Clorida, Ca, F, Padatan
Plastik, gelas
-
Sulfate
Plastik, gelas
4oC
Bau
Gelas
4oC
Sulfide
Plastik, gelas
2 ml ZnSO4 2 N /l sampel
N, Amonia, Phosphat
Plastik, gelas
40 mg HgCl2/l sampel
5.
6 bulan
Metal Total
Plastik, gelas
5 ml NaOH 3 N/l sampel

Debit adalah sejumlah air yang mengalir yang diukur dengan alat atau dengan cara tertentu dalam saruan m3/detik.
Pengukuran debit dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu :
1.       Menggunakan Current Meter
Current meter adalah alat pengukur debit yang dilengkapi dengan baling-baling. Tehnik penggunaannya sebagai berikut :
a.        Untuk saluran dengan kedalaman < 0,75 m dipasang pada kedalaman 0,6 m dari dasar atau 0,2 m dari permukaan air.
b.       Untuk saluran dengan kedalaman > 0,75 m dipasang ada kedalaman 0,2 m dan 0,8 m dari permukaan air.
Cara pengukuran sebagai berikut :
a.        Menentukan titik yang akan diukur 0, 1, 2, 3 dst dengan jarak L1, L2, L3, dst dan kedalaman d1, d2, d3, dst.
b.       Baling-baling diikat pada tongkat dengan jarak 0,6 m dari kedalaman saluran dan dipasang pada masing-masing titik.
c.        Kecepatan alir dihitung dengan rumus : V = pN + q
V : kecepatan aliran air (m/detik)
p : koefisien diameter gerak maju
N : jumlah putaran baling-baling
q : koefisien kecepatan
p dan q didapat dari hasil kalibrasi di laboratorium hidrologi.





d.       Debit dihitung dengan rumus :
Q : debit air buangan industri (m3/detik)
d  : kedalaman (m) à d1 : kedalaman di titik 1 dst.
v  : kecepatan aliran (m/detik)
      à v1 : kecepatan aliran di titik 1 dst
L : jarak dari tepi (m) à L1 : jarak titik 1 dari tepi dst.
2.       Menggunakan Benda Apung
a.     Benda Apung Tipis
Benda apung tipis adalah benda yang tipis yang dapat hanyut di permukaan air. Kecepatan pada permukaan air dengan perbandingan rata-rata 0,85.
Rumus : Q = 0,85 VA
Q : debit (m3/detik)
V : kecepatan rata-rata benda apung (m/detik)
A : luas penampang basah saluran (m2)
b.    Benda Apung Tegak
Benda apung tegak adalah batang yang dapat hanyut secara tegak. Kecepatan rata-rata (mean vellocity) dihitung dengan rumus James B.F. sebagai berikut :
Vm = Vo (1 – 0,116)1/2 (D – 0,1)
Sedangkan debit dihitung dengan rumus : Q = Vm A
Q : debit (m3/detik)
Vm : kecepatan rata-rata apung (mean vellocity apung) (m/detik)
Vo : kecepatan benda apung
D : beda kedalaman air =

pH menunjukkan kadar asam atau basa dalam suatu larutan. Aktivitas ion Hidrogen dalam air dapat diukur secara potensiometer dengan elektroda gelas yang akan menghasilkan perubahan tegangan sebesar 59,1 mv/pH unit pada suhu 25oC atau dengan menggunakan kertas pH atau larutan yang menunjukkan pH tertentu.
Alkalinitas air biasanya disebabkan oleh senyawa karbonat, bikarbonat dan hidroksida. Alkalinitas air dapat ditentukan dengan cara titrasi menggunakan larutan standar asam kuat, menggunakan indikator PP sampai pH 8,3 untuk menentukan alkalinitas yang disebabkan hidroksida dan karbonat serta menggunakan indikator MO sampai pH 4,5 untuk menentukan alkalinitas yang disebabkan bikarbonat.
Secara sederhana untuk menghitung konsentrasi unsur-unsur alkalniti yang terdiri dari ion karbonat (CO32-),bikarbonat (HCO3-) dan hidroksida(OH-) adalah sebagai berikut :
Hasil Titrasi
OH-
CO32-
HCO3-
P = 0
0
0
T
P < ½ T
0
2P
T – 2
P = ½ T
0
2P
0
P > ½ T
2P – T
2 (T – P)
0
P = T
T
0
0

Indikator
Interval pH
Basa
Asam
PP
8,0 – 9,8
Merah lembayung
Tak berwarna
MO
3,1 – 4,4
Kuning orange
Merah
Indikator
Interval pH

MR + Brom cressol green
5,2
5,0
4,8
4,6
Biru kehijauan
Kelabu muda agak biru
Kelabu kemerahan agak biru
Merah muda
Kesadahan air menunjukkan adanya garam-garam Ca dan Mg. Kesadahan total yaitu jumlah ion-ion Ca2+ dan Mg2+ yang dapat ditentukan melalui titrasi EDTA sebagai titran dan menggunakan indikator yang peka terhadap semua kation tersebut. Salah satunya adalah indikator EBT (eriochrome Black T) yang akan berwarna merah muda pada larutan yang mengandung ion Ca2+ dan ion Mg2+ dengan pH 10.
Berdasarkan tingkat kesadahannya, air dapat dikelompokkan sebagai berikut :
1.       Air lunak (soft water) dengan kesadahan < 50 ppm CaCO3
2.       Air sedikit sadah dengan kesadahan 50 – 100 ppm CaCO3
3.       Air sadah dengan kesadahan 100 – 200 ppm CaCO3.
4.       Air sadah sekali (hard water) dengan kesadahan > 200 ppm CaCO3.
Air dengan tingkat kesadahan tinggi biasa dijumai di daerah berkapur. Air yang kesadahannya tinggi akan berakibat : (1) konsumsi sabun meningkat; (2) membentuk kerak pada alat-alat rumah tangga; (3) membentuk kerak pada pipa air di industri sehingga dapat menyulitkan pemanasan dan mempersempit luas penampang pipa.
Kesadahan sementara disebabkan oleh adanya garam bikarbonat dari Calsium dan Magnesium. Untuk menghilangkan kesadahan sementara dapat ditambahkan CaO (kapur) atau Ca(OH)2 (kapur kaustik) sehingga terbentuk endapan karbonat.
Reaksi :
CaO  +  H2O à Ca(OH)2
Ca(HCO3)2 +    Ca(OH)2       Ã  CaCO3 ↓ + MgCO3 ↓ + 2 H2O
Air sadah      
Kesadahan permanen  disebabkan oleh adanya garam sulfat dan khlorida dari Magnesium  dan Calsium. Untuk menghilangkan kesadahan permanen dapat ditambahkan Na2CO3 dan Ca(OH)2 sehingga semua logam Mg dan Ca mengendap.
Reaksi :
 MgSO4   +   Na2CO3 à MgCO3 ↓ + Na2SO4
 Air sadah

 CaSO4    +  Na2CO3  Ã  CaCO3 ↓ + Na2SO4
 Air sadah      

 MgCO3  +  Ca(OH)2 à Mg(OH)2 + CaCO3
 Air sadah
COD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air. Sebagai zat pengoksidasi adalah K2Cr2O7. Nilai COD yang tinggi menunjukkan adanya pencemaran air oleh zat-zat organik yang dapat berasal dari berbagai sumber seperti limbah pabrik, limbah rumah tangga.
Zat organik dalam air dalam air dibedakan menjadi 2 yaitu (1) zat organik yang mudah dicerna oleh mikroba misalnya gula-gula sederhana, asam-asam organik dan sebagainya; (2) zat organik yang sulit dicerna oleh mikroba seperti lignin, selulosa, minyak, dan lain-lain.
Dalam menentukan total zat organik dalam air dapat dengan cara tidak langsung yaitu menentukan COD. Disebut tidak langsung karena yang ditentukan adalah kebutuhan oksigen untuk menambah zat organik secara kimiawi. Cara ini masih cukup relevan dan banyak digunakan pada berbagai kepentingan. Dasar penentuan total organik adalah dengan mengoksidasi menggunakan oksidator (KMnO4 atau K2Cr2O7). Banyaknya KMnO4 yang digunakan untuk oksidasi ekuivalen dengan banyak total zat organik.
Chemical Oxygen Demad (COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air, dimana pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organis yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air. Analisa COD berbeda dengan analisa BOD namun perbandingan antara angka COD dan angka BOD dapat ditetapkan sebagai berikut
Air buangan penduduk
0,40 – 0,60
Air buangan penduduk setelah pengendapan primer
0,60
Air buangan penduduk setelah pengolahan secara biologis
0,20
Air sungai
0,10

Sebagian besar zat organis melalui tes COD ini dioksidasi oleh larutan K2C2O7 dalam keadaan asam yang mendidih akan terjadi perubahan warna dari kuning menjadi hijau dengan indikator perak sulfat. Selama reaksi berlangsung sekitar 2 jam, uap direfluks dengan alat kondensor agar zat organis volatil tidak lenyap keluar. Perak sulfat yang ditambahkan sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi. Sedang merkuri sulfat ditambahkan untuk menghilangkan gangguan klorida pada yang umumnya ada dalam air buangan.
Untuk memastikan bahwa hampir semua zat organis habis teroksidasi maka zat pengoksidasi K2Cr2O7 masih harus tersisa sesudah direfluks. K2Cr2O7 yang tersisa di dalam larutan tersebut digunakan untuk menentukan berapa oksigen yang telah terpakai dan ditentukan dengan melalui titrasi fero amonium sulfat (FAS) dengan indikator feroin dengan titik akhir titrasi warna hijau biru menjadi coklat merah.
Zat padat yang terdapat dalam air buangan industri dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
  1. Zat padat total (TS : Total Solids)
Adalah semua zat padat yang tersisa sebagai residu apabila sample air dalam bejana dikeringkan pada suhu 105oC.
Tersusun atas zat padat terlarut dan zat padat tersuspensi.
  1. Zat padat terlarut (TDS : Total Dissolved Solids)
Merupakan semua zat padat yang lolos filter @ 10 mm. Setelah sample disaring dengan kertas filter kemudian dikeringkan pada suhu 105oC. Zat padat terlarut merupakan garam-garam yang dahulu terlarut dan sedikti zat padat koloidal.
  1. Zat padat tersuspensi (TSS : Total Suspended Solids)
Merupakan semua zat padat yang tertinggal pada kertas filter atau filter fiber glass setelah sample disaring dan kertas filter dikeringkan pada suhu 105oC.
Zat padat yang terdapat dalam air buangan industri dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
  1. Zat padat tersuspensi organis (VSS : Volatile Suspended Solids)
Merupakan semua zat padat yang tertinggal pada filter fiber glass setelah sample disaring dan filter fiber glass dikeringkan pada suhu 550oC.
  1. Zat padat tersuspensi inorganis (NVSS : Non Volatile Suspended Solids).
Merupakan selisih zat padat tersuspensi dan zat padat tersuspensi organis, sebab setelah pembakaran pada suhu 550oC yang tersisa hanya zat inorganic.
  1. Zat padat terendap (SS : Settleable Solids)
Disebut juga lumpur kasar, yaitu semua zat padat yang mengendap dalam waktu ½ sampai 2 jam atau dengan kata lain zat padat terendap adalah selisih zat padat tersuspensi sebelum dan sesudah pengendapan.
Zat padat yang terdapat dalam air buangan industri dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
  1. Volume Lumpur (SV : Sludge Volume)
Merupakan seluruh zat padat yang dapat diendapkan dalam waktu ½ sampai 2 jam dalam kerucut Imhoff.
  1. Zat padat koloidal (Colloidal Solids)
Merupakan semua zat padat yang dapat lolos filter kertas dengan ukuran pori 10 µm dan tertahan pada filter membrane dengan ukuran pori 0,45 µm yang dikeringkan pada suhu 105oC.
COD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air. Sebagai zat pengoksidasi adalah K2Cr2O7. Nilai COD yang tinggi menunjukkan adanya pencemaran air oleh zat-zat organik yang dapat berasal dari berbagai sumber seperti limbah pabrik, limbah rumah tangga.
Zat organik dalam air dalam air dibedakan menjadi 2 yaitu (1) zat organik yang mudah dicerna oleh mikroba misalnya gula-gula sederhana, asam-asam organik dan sebagainya; (2) zat organik yang sulit dicerna oleh mikroba seperti lignin, selulosa, minyak, dan lain-lain.
Dalam menentukan total zat organik dalam air dapat dengan cara tidak langsung yaitu menentukan COD. Disebut tidak langsung karena yang ditentukan adalah kebutuhan oksigen untuk menambah zat organik secara kimiawi. Cara ini masih cukup relevan dan banyak digunakan pada berbagai kepentingan. Dasar penentuan total organik adalah dengan mengoksidasi menggunakan oksidator (KMnO4 atau K2Cr2O7). Banyaknya KMnO4 yang digunakan untuk oksidasi ekuivalen dengan banyak total zat organik.
Chemical Oxygen Demad (COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia (KOK) adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi zat-zat organis yang ada dalam 1 liter sampel air, dimana pengoksidasi K2Cr2O7 digunakan sebagai sumber oksigen. Angka COD merupakan ukuran bagi pencemaran air oleh zat-zat organis yang secara alamiah dapat dioksidasikan melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air. Analisa COD berbeda dengan analisa BOD namun perbandingan antara angka COD dan angka BOD dapat ditetapkan sebagai berikut
Air buangan penduduk
0,40 – 0,60
Air buangan penduduk setelah pengendapan primer
0,60
Air buangan penduduk setelah pengolahan secara biologis
0,20
Air sungai
0,10

Sebagian besar zat organis melalui tes COD ini dioksidasi oleh larutan K2C2O7 dalam keadaan asam yang mendidih akan terjadi perubahan warna dari kuning menjadi hijau dengan indikator perak sulfat. Selama reaksi berlangsung sekitar 2 jam, uap direfluks dengan alat kondensor agar zat organis volatil tidak lenyap keluar. Perak sulfat yang ditambahkan sebagai katalisator untuk mempercepat reaksi. Sedang merkuri sulfat ditambahkan untuk menghilangkan gangguan klorida pada yang umumnya ada dalam air buangan.
Untuk memastikan bahwa hampir semua zat organis habis teroksidasi maka zat pengoksidasi K2Cr2O7 masih harus tersisa sesudah direfluks. K2Cr2O7 yang tersisa di dalam larutan tersebut digunakan untuk menentukan berapa oksigen yang telah terpakai dan ditentukan dengan melalui titrasi fero amonium sulfat (FAS) dengan indikator feroin dengan titik akhir titrasi warna hijau biru menjadi coklat merah.
BOD adalah sebuah analisa empiris yang mencoba mendekati secara global proses mikrobiologis yanng terjadi dalam air. Angka BOD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh bakteri untuk menguraikan hampir semua zat organis terlarut dan sebagian zat organis tersuspensi dalam air. Maka penentuan BOD secara tidak langsung merupakan penentuan kadar zat organik, karena hanya menentukan banyaknya oksigen yang diperlukan untuk mengoksidasi senyawa organik secara biokmia atau mengukur banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba untuk mengoksidasi senyawa organik selama masa inkubasi. Masa inkubasi biasanya 5 hari dengan suhu otimum 20oC sehingga dikenal dengan
Biodiesel adalah ester alkil (metil, etil, isopropil, dan sejenisnya) dari asam-asam lemak. Biodiesel minyak jelantah adalah bahan bakar nabati yang dibuat dari minyak bekas penggorengan melalui proses esterifikasi-transesterifikasi.
Pada prinsipnya biodiesel dihasilkan melalui proses transesterifikasi minyak atau lemak dengan alkohol. Alkohol akan menggantikan gugus alkohol pada struktur ester minyak dnegan dibantu katalis.
Minyak adalah zat cair atau yang mudah dicairkan pada pemanasan, larut dalam eter, tetapi tidak larut dalam air, biasanya dapat dibakar; zat demikian bergantung pada asalnya, dikelompokkan sebagai minyak nabati, hewani atau mineral, dan bergantung sifatnya ketika pemanasan dapat dikelompokkan sebagai asiri atau teta.
Berbagai minyak nabati yang dapat digunakan sebagai bahan baku boidioesel adalah minyak kelapa, minyak kelapa sawit, minyak jarak dan minyak jelantah.
Minyak jelantah adalah minyak yang dihasilkan dari sisa penggorengan baik dari minyak kelapa maupun dari minyak kelapa sawit.
Pada proses pembuatan biodiesel minyak jelantah metanol atau metil alkohol berfungsi sebagai pelarut organik. Metanol memiliki rumus CH3OH dengan titik didih 64,5oC.
KOH digunakan sebagai katalis, yaitu suatu zat yang ditambahkan agar reaksi dapat berlangsung lebih cepat.
Gliserin digunakan untuk menyerap sisa-sisa gliserol dan air.
Asam cuka digunakan untuk menetralkan biodiesel.
Zeolit dan MgSO4 digunakan untuk menyerap air.
Uji mutu biodiesel dilakukan dengan berdasarkan syarat mutu biodiesel Indonesia yang tertuang dalam SNI-04-7182-2006
No.
Parameter
Satuan
Nilai
1.
Massa jenis pada 40oC
Kg/m3
850-900
2.
Viskositas kinematik pada 40oC
mm2/s (cSt)
2,3 – 6,0
3.
Angka setana

Min. 51
4.
Titik nyala (mangkok tertutup)
oC
Min. 100
5.
Titik kabut
oC
Maks. 18
6.
Korosi Lempeng Logam (3 Jam pada 50oC)

Maks. No 3
7.
Residu karbon
-          Dalam contoh asli
-          Dalam 10% ampas destilasi
% massa

Maks. 0,05
(maks. 0,3)
8.
Air dan sedimen
% vol
Maks. 0,05
9.
Temperatur distilasi 90%
oC
Maks. 360
10.
Abu tersulfatkan
% massa
Maks. 0,02
11.
Belerang
ppm-m (mg/kg)
Maks. 100
12.
Fosfor
ppm-m (mg/kg)
Maks. 10
13.
Angka Asam
mg KOH
Maks. 0,8
14.
Gliserol bebas
% massa
Maks. 0,02
15.
Gliserol total
% massa
Maks. 0,04
16.
Kadar ester alkil
% massa
Min. 96,5

Sampah organik yang mencemari lingkungan ternyata dapat diolah menjadi briket sebagai bahan bakar pengganti minyak Briket berwarna hitam sepanjang 6 cm itu ia masukkan ke dalam kompor. Begitu Suwarni menyalakannya, lidah api biru membakar wajan atau ketel.
Sekilo briket terdiri atas 30 buah, cukup untuk memasak selama 2 jam. Jika durasi memasak kurang dari sejam-misalnya 30 menit tinggal mematikan nyala api dengan cara menutup permukaan atas briket.
Untuk mencegah rusaknya lingkungan akibat pemakaian kayu bakar. Biobriket teknologi alternatif atau tepatguna pengganti kayu bakar yang lebih murah dan efektif. Selain itu peningkatan konsumsi minyak bumi mengakibatkan menipisnya cadangan sumber energi yang tak terbarukan. Pemanfaatan biobriket sekaligus menahan laju konsumsi energi fosil.
Dalam jangka panjang, penggunaan biobriket yang ramah lingkungan menjadi pengganti bahan bakar minyak bumi. Biomassa limbah industri, hutan, perkebunan, pertanian, dan sampah-semua bahan baku biobriket-merupakan sumber energi alternatif terbesar. Potensi energi biomassa mencapai 885-juta gigajoule per tahun. Sampah organik salah satu sumber biomassa potensial dalam bentuk padat atau biobriket, gas (biogas), dan bentuk cair (bioliquid) sebagai bahan bakar organik ramah lingkungan.
Sayang selama ini sampah cuma dibuang atau dibakar sehingga mencemari lingkungan. Padahal, jika diolah menjadi biobriket bermanfaat sebagai bahan bakar rumahtangga, pengganti minyak tanah. Kita bisa mandiri, tidak tergantung pada minyak tanah. Kelangkaan dan kemahalan minyak tanah tidak jadi masalah. Selain itu harga beli biobriket relatif murah. Murahnya biobriket karena untuk memperoleh bahan tanpa eksplorasi ke perut bumi. Bahan baku biobriket diperoleh di halaman rumah. Beragam jenis sampah organik kering seperti dedaunan, tongkol jagung, kulit kacang, dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku. Selain masalah energi, masalah sampah juga tertanggulangi dengan adanya briket sampah.
Sampah terbaik adalah bonggol jagung. Setelah biji-biji jagung dipipil, tersisa tongkol. Daun pohon berkayu keras juga lebih baik ketimbang daun berkayu lunak. Bahan baku biobriket itu lalu dimasukkan ke dalam drum hingga sepertiga drum. Ia lantas membakarnya dengan udara terbatas dalam drum.
Dalam proses pembakaran itu terjadi proses pirolisis atau karbonisasi. Pirolisis yaitu proses pemanasan tanpa atau sedikit oksigen. Material mentah mengalami pemecahan struktur kimia menjadi fase gas sehingga menimbulkan karbon sebagai residu. Pembatasan udara supaya sampah tidak mengalami pembakaran sempurna yang menghasilkan karbondioksida. Hasilnya berupa arang sebagai bahan briket.
Untuk pembakaran sampah sistem pembakaran sendiri. Dengan cara sebagian sampah kering dengan api. Setelah itu api menjalar dan membakar sampah lainnya hingga menjadi arang. Langkah berikutnya, ia menghancurkan arang dengan cara menumbuk dan mengayaknya.
Karbon hasil ayakan itu ia campur dengan perekat agar padat. Pemadatan dilakukan agar bahan bakar mempunyai nilai kalori yang tinggi, sampai 5.000 kal/g.
Sebagai perekat memanfaatkan tepung kanji alias tapioka sebagai bahan perekat. Bahan lain sebagai perekat adalah blotong atau limbah produksi gula. Sekilo tapioka diencerkan dalam 10 kg air hangat dan diaduk merata hingga menjadi lem. Campuran karbon dan lem dimasukkan ke pencetak berupa pipa PVC sepanjang 10 cm dan berdiameter 1 inci. Ia kemudian mengepres campuran itu hingga padat sepanjang 6 cm. Hasil cetakan lantas dijemur hingga kering selama 2 hari. Basriyanta juga mengoven biobriket basah itu selama 2 jam. Sumber panas dalam oven itu adalah panas pembakaran sampah. Proses pembuatan biobriket sejak pembakaran daun-daun hingga pemadatan mencapai 2 jam; jika menggunakan tongkol jagung, 4 jam.
Biobriket berbahan tandan kosong kelapa sawit. Setiap pengolahan 1 ton tandan buah segar menyisakan 22-23% atau sebanyak 220-230 kg tandan kosong. Bila sebuah pabrik berkapasitas 100 ton/ jam dengan waktu operasi selama 1 jam, maka akan dihasilkan sebanyak 2.200 kg tandan kosong.
Jumlah limbah tandan kosong di seluruh Indonesia pada 2004 mencapai 18,2-juta ton. Ini potensi energi yang besar dan bisa dibuat salah satunya menjadi briket arang. Selain tandan kosong, tempurung buah kelapa sawit juga dapat dimanfaatkan sebagai briket. Teknologi pembuatan briket tandan dan tempurung kelapa sawit sama saja dengan cara di atas. Permukaan briket limbah kelapa sawit halus dan tidak menimbulkan jelaga.
Dengan segala kelebihan itu mestinya sampah-sampah yang selama ini menjadi masalah di kota-kota besar segera tertanggulangi. Jakarta, misalnya, menghasilkan 20.000 ton sampah sehari. Jika separuhnya sampah organik, Jakarta dapat memproduksi 2.500 ton biobriket per hari.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar