BAB XI
KEJU
A.
Keju Keras ( Hard Cheese )
Keju keras mempunyai beberapa
karakteristik umum, diantaranya :
1) Mempunyai kelembaban yang lebih
rendah dibandingkan varietas keju lainnya.
2) Permukaan keju memiliki lapisan
yang bersih atau tanpa lapisan, yang merupakan pembungkus dari keju tersebut.
3) Proses pematangannya berjalan
terus meskipun keju telah mengental, dimana proses ini dilakukan oleh enzim
yang dihasilkan oleh bakteria starter atau non starter dan rennet.
Beberapa jenis keju yang termasuk
dalam jenis ini ialah Grama ( Parmesan ) Romano, Asiago dan
Sbrinz.Karakteristik keju dari jenis ini ialah kadar lemaknya rendah begitu
juga dengan kelembabannya.
Bagian yang terpenting pada
pengolahannya meliputi penggunaan bahan baku dengan kadar lemak yang rendah,
menggunakan bakteri starter yaitu bakteri asam laktat yang termofilik, suhu
yang cukup tinggi, pemberian air garam, serta periode pematangannya berjalan
lambat.
Selama pematangan akan dihasilkan asam
lemak secara lambat dan selain itu juga timbul bau tengik yang menandakan bahwa
keju tersebut telah matang. Berbagai jenis keju ini dapat dimakan sebagai keju
segar, tetapi biasanya disimpan dahulu dalam waktu yang lama sehingga akan
dihasilkan flavour yang enak dan khas.
1.
Grama atau parmesan
Disebut Grama menandakan bahwa keju
jenis ini berbentuk seolah-olah seperti butiran-butiran. Jenis keju ini banyak
dihasilkan di Italia. Beberapa peralatan yang penting pada pengolahan keju ini
adalah alat pembuat krim atau separator sentrifugal, penyaring, ketel, pisau
pemotong, kerekan, alat pengering, pengepres, tempat penggaraman, tempat
pematangan serta alat pengontrol suhu serta kelembaban.
Proses pembuatannya adalah sebagai
berikut. Susu, yang merupakan bahan baku, kadar lemaknya diatur supaya menjadi
2 persen pada sebuah ketel, dengan kapasitas 150 gallon. Tetapi susu tersebut
sebelumnya di pasteurisasi dahulu pada suhu yang cukup tinggi.
Susu dipanaskan pada 32 – 350
C dan kemudian ditambahkan kultur starter L.
bulgaricus. Penambahannya cukup satu persen sari bobot susu, dan setelah
pematangan juga ditambahkan renet ( 25 ml / 100 L ). Koagulan yang terjadi
dipotong-potong dengan alat yang disebut spinos dengan ukuran 33 mm, kemudian
dipanaskan dalam dua tahap. Tahap yang pertama dipanaskan selama 15 menit pada
suhu 430 C, lalu dipanaskan
lagi selama 15 menit pada suhu yang sama. Pada tahap kedua dipanaskan pada suhu
54 – 580 C selama 15 sampai 30 menit dimana waktunya tergantung dari
terbentuknya asam oleh bakteria starter.
Setelah mengeras dibiarkan selama 10
menit lalu dipindahkan ke ketel, dikeringkan dan dipres. Kemudian dilakukan
penggaraman dan keadaannya tetap dipertahankan, juga ditambahkan kapang.
Penggaraman dilakukan selama tiga hari pada suhu 150 C dan bakteria
starter mulai memfermentasi laktosa. Setelah itu ditambahkan lagi larutan garam
26 persen dan dibiarkan selama 14 hari, lalu dikeringkan selama beberapa hari
pada suhu 15 sampai 200 C, dan seterusnya diawetkan.
Pematangan keju tersebut terjadi dalam
dua tahap. Tahap yang pertama keju dibiarkan pada suhu 100 C, dengan
RH 85 persen selama 6 sampai 12 bulan. Kemudian digoyangkan, dicuci dan
ditambahkan minyak sayur untuk menghambat pertumbuhan kapang.
Keju yang terbentuk sifatnya padat dan
dapat langsung dikonsumsi, tetapi dapat juga terus dimatangkan selama 2 – 4 tahun.
Untuk mencegah adanya evaporasi maka
perlu ditambahkan lagi minyak sayur dan disimpan pada suhu 10 – 120
C dengan RH 85 – 90 persen. Enzim-enzim proteolitik dan lipotilitik akan
mengubah keju tersebut dan menghasilka flavor pada keju tersebut.
Proses
Mikrobiologig Yang Terjadi
Selama pengolahan, bakteri starter
mengalami kenaikan jumlah dalam waktu yang singkat. Sedangkan pertumbuhan non
starter akan terhambat bila telah ditambahkan rennet dan akan mati bila
dipanaskan pada suhu pengolahan.
Penggaraman dapat juga berlaku sebagai
proses penghambatan. Dalam waktu beberapa hari pada suhu 15 – 200 C
akan timbul beberapa jenis bakteri yang tahan selama 14 hari dan berguna untuk
fermentasi laktosa.
Pada kelembaban, pH dan suhu yang
rendah, proses pematangan yang lambat akan dapat merubah komposisi keju dan
terjadi perubahan biokimia pada protein, lemak serta karbohidrat karena adanya
enzim yang diproduksi oleh bakteria yang ada pada bahan baku atau oleh enzim
yang terdapat pada rennet.
Pada proses pematangan diperkirakan
bakteria jumlahnya akan turun menjadi kurang lebih 107 /g, dan
menjadi 105 – 104 /g setelah waktu 14 bulan. Penurunan
ini terjadi karena penggaraman atau pematangan yang lambat.
Bakteri –bakteri Caliform atau Stapbilococcus aureus merupakan bakteri-bakteri yang tidak
diinginkan tumbuh dalam keju tersebut sebab kegunaannya tidak penting.
Sedangkan bakteri L. Bulgaricus
berperan pada waktu awal kemudian diganti oleh L. casei pada waktu pematangan .
2.
Keju Cheddar
Jenis atau tipe ini tidak sekeras tipe yan lain. Bahan
bakunya ialah susu dengan kadar lemak 48 persen dan kelembabannya 39 persen,
sedangkan kultur starternya ialah Sterptococci asam laktat yang mesofilik.
Suhu pengolahan diatur rendah dan keasaman diatur tinggi
selama proses berlangsung, kemudian ditambahkan garam dan dipres. Prosesnya
juga melalui gilingan yang berfungsi seperti ayakan atau gilingan berputar.
Setelah itu baru ditambahkan kapang dan dipres. Kadang-kadang juga ditambahkan
parafin untuk mencegah evaporasi. Keju kemudian disimpan pada suhu 150
C dan RH 88 persen. Kelembaban tidak terlalu penting untuk dikontrol tetapi
suhu penyimpanan harus kurang dari 4 – 60 C untuk selama 4 – 10
bulan. Proses pematangan terjadi disebabkan karena adanya enzim yang dihasilkan
oleh bakteria starter. Keju yang telah masak atau matang berbentuk padat tetapi
tidak keras.
Proses
pembuatan
Prosesnya tidak jauh berbeda dengan tipe
atau jenis kayu keras lainnya, tetapi dalam Cheddar ini perlu diperhatikan
perbandingan antara kasein dan lemak, biasanya 0.72 – 0,72. Sedangkan kultur
yang digunakan ialah Streptococcus
lactis, L. plantarum, L brevis
dan beberapa jenis yang lain sesuai dengan keju yang diinginkan.
Dalam proses pengolahan ini terjadi tiga
proses metabolisme yang penting yaitu :
1) Glikolisis, fermentasi laktose
oleh Streptococci yang menghasilkan
asam laktat, asam asetat, CO2, dan diasetil. Sedangkan Lactobaccili akan berkembang biak yang juga menghasilkan
senyawa-senyawa tersebut.
2) Lipolisis, Kadar asam lemak
bebas dalam keju merupakan indikator proses pematangan yang berlanjut dengan
menghasilkan flavour yang enak. Bakteria asam laktat akan berfungsi sebagai
lipolitik.
3) Proteolisis, Rennet
menghidrolisa kasein menjadi peptida, tetapi tidak terjadi degradasi. Streptococci memproduksi peptida dan
asam amino dengan proses proteolitik. Organisme ini akan menghasilkan
proteinase yang akan merubah kasein menjadi peptida, dan peptida ini oleh
reaksi rennet akan diubah menjadi partikel yang kecil. Kemudian akan
dihidrolisa sehingga menghasilkan asam amino.
3.
Keju Emmenthal
Jenis keju ini berasal dari Swiss. Yang tradisional dibuat
pada sebuah roda yang besardengan diameter 68 – 78 cm dan bobotnya 70 sampai 80
kg, tetapi sekarang dibuat pada blok segiempat seberat 40 kg.
Keju yang telah masak bersifat lembut, liat dan teksturnya
kaku, manis dan mempuyai flavor seperti buah ( kemiri ).
Peralatan yang digunakan adalah ketel yang terbuat dari
tembaga dengan kapasitas 200 galon susu, alat pemotong berupa kawat yang
panjangnya kira-kira 2 – 5 cm ( harp ), sarung pencelup, kerekan, dan
pengepres.
Kondisi ruangan yang diperlukan yaitu ruang penggaraman ( 100
C ), Chilled room (10 – 1200 C dan RH 80 – 85 persen ). Ruang
pemanasan ( 18 – 220 C dan RH 80 – 85 persen ), gudang ( 14 – 150
C dan RH 84 – 87 persen ).
Proses
Pembuatan
Susu dengan standar mutu yang baik harus
mengandung lemak 2,8 – 3,1 persen yang akan menghasilkan keju kurang lebih 45
persen FDM. Susu tersebut kadang-kadang jernih. Bahan mentah tersebut
dimasukkan kedalam ketel dan dipanaska pada suhu 30 – 350 C dan
ditambahka bakteri asam laktat yang termofilik, biasanya terdiri atas 0,03 –
0,10 persen S. thermopbilus dan lebih
dari 0,20 persen L belveticus atau L. bulgaritus dan sedikit ( 2,5 ml/1 )
kultur propioni. Kemudian ditambahkan ekstra renet ( 16 ml/1 ), dan setiap 25 –
30 menit gumpalan dipotong-potong yang akhirnya berbentuk partikel dengan
diameter 33 mm. Susu dadih tersebut dinaikkan menjadi 450 C dan
ditambah 10 C setiap 2 menit, setelah mencapai 53 – 570
C. Suhu naik 10 C tiap satu menit, supaya bakteri yang bukan
termofilik mati.
Total waktu pemanasan adalah 45 menit
sehingga dadih telah keras kemudian ditempatkan pada saringan dan dimasukkan
keketel serta dipres selama 20 – 24 jam dengan tekanan 15 kg tiap satu kilogram
keju,lalu diputar-putar supaya kering.
Bahan
Baku yang digunakan
Secara tradisional keju Swiss terbuat dari susu sebagai bahan
bakunya, dan pemilihan bakteri yang tepat merupakan faktor yang penting untuk menghasilkan
keju dengan kualitas yang memuaskan.
Bakteri
Coliform dalam jumlah yang cukup banyak dapat menghambat produksi asam-asaman
oleh bakteri starter. Enterobacter
aerogenes menghambat Lactobaccili dan
Escberibia coli menghambat Sterptococci.
Beberapa Micrococci ada yang membantu
tetapi sebagian juga menghambat pembentukan asam oleh bakteria starter.
Susu yang disimpan beberapa hari pada suhu pendiginan aka
mendorong bakteri Psikotrofik untuk melipat ganda dan menghasilkan lipolitik.
Klasifikasi pada susu meningkatkan kualitas keju Emmenthal
denga menurunkan kelembaban keju dan dapat melepaskan lemak dari sisa air keju.
Tindakan ini akan mengurang jumlah “eye
cheese“ tetapi meningkatkan permukaan. Proses pembusukan/pematangan lebih
lambat dan keju mengeras. Beberapa akibat yang merusak berupa dapat dikurangi
dengan mengatur suhu dan kecepatan aliran pada waktu proses.
Bactofugasi terjadi pada suhu yang tinggi ( 600 C
). Di Swedia digunakan untuk memisahkan spora Clostridial dari susu juga dalam pebuatan keju greive.
Adanya perlakuan ini menyebabkan keju jenis ini lebih baik dari emmenthal,
tetapi efisiennya tergantung pada spora yang terdapat pada suhu yang asli,
supaya aman hendaknya tidak lebih dari 200/ml.
Pada pembuatan “Emmenthal” susu sebelum diolah ditampung
dahulu dan dipanaska selama 30 detik pada suhu 620 C untuk mencegah
tumbuhnya bakteri yang tidak diinginkan dan diperoleh keju yang mutunya cukup
baik. Pemanasan dapat juga dilakukan pada suhu 68 – 740 C selama 15
detik atau yan optimal adalah 720 C selama 15 detik.
Mikroorganisme
Starter
Bakteri pembentuk asam laktat yang termofilik mempunyai
pernan yang penting pada pembuatan dan pematangan keju Swiss. Bakteri ini tahan
panas dan dapat tumbuh pada suhu yang tinggi pada waktu pematangan dan tetap tumbuh selama proses.
Laju perubahan asam, pH, keasaman, kelembaban, dan stektur selama proses akan
menentukan kualitas keju. Organisme yang sering digunakan adalah S. thermopilus dan L. helviticus sedangkan L.
bulgaricus biasa digunakan di Amerika Serikat.
Bakteri Propinoni penting dalam pembentukan flavor dan ‘eye cheese’, memfermentasi asam laktat,
karbohidrat polihidroksi alkohol menjadi propionat dan asam asetat serta Co2.
Bakteri ini tumbuh lambat dan bersifar anaerobik, pH optimumnya 6,0 – 7,0 suhu
optimim 300 C. Tetapi mungkin dapat hidup lebih dari 8 minggu pada
suhu penyimpanan 50 C. Toleransi bakteri ini terhadap garam rendah
sekali dan akan mengalami perubahan apabila kena anti biotik, penisilin dan
streptomisin. Pertumbuhan bakteri propioni ini dirangsang oleh L. bulgaricus dan L. helveticus dan menghasilkan asam propionat serta terjadi
perubahan flavor.
B.
Keju Semi Keras
Keju yang termasuk dalam jenis ini sangat banyak, misalnya caerphilly, Lancasbiire, Edam dan Gouda. Bahan bakunya adalah susu atau
susu dengan kadar lemak yang cukup rendah dan kultur starternya digunakan
bakteri asam laktat mesofilik dan streptococci.
Dalam pengolahannya diperlukan metode yang khusus untuk
mengontrol pertumbuhan bakteri starter dan keasamannya, serta pH diatur 5,2 –
5,0. Peralatan yang dipergunakan sama dengan British hard cheese. Cearphilli banyak dihasilkan di
Glamorgan, Lancashire diproduks di Inggris dan Edam dan Gouda dihasilkan di Belanda.
C.
Keju Lunak ( Soft Cheese )
Yang termasuk dalam jenis ini varietasnya bayak sekali
dengan karakteristiknya sendiri-sendiri dan mempunyai Aw yang relatif tinggi (
55 – 80 persen ). Terbuat dari krim susu penuh atau susu skim dengan bantuan streptococcus lactic yang mesopilik.
Dibuat pada sebuah silinder dengan permukaan yang sempit.
Jenis-jenis keju yang termasuk dalam jenis keju yang lunak
tersebut dikemukakan dibawah ini.
a) Keju lunak yang pematangan
dengan bakteri
Kelompok ini banyak diproduksi di perancis. Kadar lemak bahan
baku yang digunakan ialah 45 sampai 50 persen FDM dan kelembabannya maksimum55
persen dan biasanya adalah susu sapi.
Enzim proteolitik yang dihasilkan oleh P. Cammemberti diserap oleh dadih tersebut menjadi lembek, halus
dan terjadi secara singkat proses pematangannya.
1)
Cammemberti
Keju ini adalah yang terpenting dan banyak diproduksi
di Perancis, yakni didaerah Normandy.Pembuatannya dilakukan pada suatu ruangan
pada suhu 22 – 250 C yang selalu dikontrol. Terbuat dari susu segar,
yang telah dipanaskan ( 720 C selama 16 detik ) dan didinginkan ( 33
– 340 C ). Kultur yang digunakan adalah Streptococci asam laktat (
1,6 – 1,7 ml/100 1 ), Koagulasi terjadi 25 menit kemudian.
2) Brie
Seperti Cammembert
tetapi diameternya lebih besar dan bervariasi tergantung pelarut yang
digunakan. Dibuat dari susu dengan kadar lemak yang berbeda. Kapang yang
digunakan adalah B. linens.
b)
Keju
lunak yang dimatangkan jamur
Romadour
Banyak dihasilkan di Austria dengan standart lemak yang terdapat
dalam bahan mentahnya 25 dan 45 persen FDM dan merupakan jenis yang tipikal
dari keju lunak. Prosesnya sama seperti Limburger. Kapang yang dipergunakan
adalah B. Linens selama 4 minggu. Proteolitik dan lipolitik berubah dan
menghasilkan amonia, asam lemak dan bau-bauan yaitu sejenis odor dan flavor
yang khas.
c)
Keju
lunak yang tidak dimatangkan
Diproduksi dibeberapa negara. Terbuat dari krim susu skim, sedangkan
kultur yang digunakan ialah streptococci asam
lakta. Dapat dikonsumsi langsung sehingga cukup dibungkus kertas atau plastik.
Kultur lainnya yang juga digunakan ialah S.
lactic, dan S. cremoris
Mozzarella
Kultur starternya S.
lactics, S. thermopillus, dan L.
bulgaricus Produksi asam yang cepat dibutuhkan selama proses, sistem
pendinginan dilakukan dengan injektor langsung. Pada keju ditambahkan larutan
NaCI 16 – 20 persen pada suhu 8 – 100 C dan setelah 2 – 3 hari siap
untuk dikonsumsi.
Cacciocavallo
dan Provolone
Kultur starter yang digunakan L. bulgaricus. Suhu ruangan produksi
47,80 C, pH 5,1 – 5,2, hal ini untuk mencegah pertumbuhan
bakteri yang tidak diinginkan.
Selama pengolahan proteolitik dan lipolitik berubah sehingga
flavornya juga berubah. Pertumbuhan mikroorganisme 109 cfu/g selama
satu bulan atau kurang dari 106 cfu/g selama 12 bulan. L. lactics dan S. faecalis diberi larutan NaCI 16 – 20 persen pada suhu 100
C selama 3 – 4 hari.
D.
Berbagai Keju Jenis Lainnya
·
Cottage Cheese
Asamnya rendah sekali. Hanya ada satu tipe yaitu Creamed cotage cheese yang banyak
diproduksi di Inggris dan sebagian di Amerika.
Susu dijadikan cairan asam yang terkoagulasi pada susu skim, dan
kelembabannya diatur 80 persen atau kurang. Pada keju kemudian ditambahkan
stabiliser, asam alginat, kalsium dan natrium alginat. Sebagai bahan pengawet
ditambahkan asam sorbat 1000 ppm. Flavornya seperti nenas, dan ditambahkan 4
persen lemak pada akhir produk.
·
White Brined Cheese
Banyak diproduksi dinegara-negara Eropa timur, dengan nama yang
berbeda tetapipada prosesnya tetap sama. Bahan mentah yang digunakan adalah
susu kambing atau domba tetapi ada juga yang susu sapi. Untuk mengkoagulasikan
susu digunakan kultur S. lactic dan S. cremoris dengan perbandingan 2 : 1
atau S. thermopilus dan L. bulgaricus.
Setelah itu ditambahkan kapang dan dikeringkan selama 6 jam.
Pengeringan secara spontan kemudian dipres ( 1 kg/1 kg dadih ). Kemudian
dipotong-potong 10 cm dan ditambahkan air garam 12 – 140 C selama 12
– 14 jam. Dibungkus dengan karton dan dilapisi 0,36 persen asam laktat dan 8 –
12 persen garam. Pematangan terjadi selama 30 hari.
Feta adalah suatu white brined sheese yang diproduksi di Yunani,
Penggaramannya dilakukan dengan garam kering selama 24 – 28 jam tergantung suhu
lingkungan. Bila suhu tinggi penggaraman berlangsung cepat. Pematangan terjadi
selama 8 – 15 hari dengan bakteri yang tipikal. Kemudian dibungkus dengan
plastik atau kaleng. Suhu penyimpanan 2,50 C. susu yang digunakan
telah dipasteurisasi dan kulturnya S.
lactics dan S. cremoris dengan
kadar garamnya 6 persen.
·
Baker’s cheese
Dibuat dari susu Skim dengan kultur starternya streptococcus laktis yang mesopilik dan sedikit rennet. Selama
proses pH diatur 4,5 dan peranan refrigerator penting sekali untuk mencegah
asam yang tidak diinginkan. Bentuknya kering tetapi lunak.
·
Lactics Cheese
Sangat sederhana sekali. Dibuat dari susu yang masam dengan kadar lemak
25 persen atau susu skim ysng telah ditumbuhi kultur starter. Seringkali
disebut dengan starter cheese karena penggunaan bakteri starter yang
berlebihan. Merupakan keju yang tipikal dengan flavor lactic yang khas. Paling
enak dimakan segar, tetapi selama penyimpanan dapat melanjutkan proses.
Kelembaban dan kadar asam yang tiggi akan mempercepat pertumbuhan kapang serta
khamir yang terdapat pada keju tersebut. Keju ini sifatnya homogen dan
mempunyai permukaan yang sangat halus sekali.
·
Quarg
Dibuat dari susu skim dan diproses dengan mekanis atau automatik.
Susu skim yang telah dipasteurisasi didinginkan pada suhu 28 – 300
C. Kemudian ditambahkan kultur starter (
2% ) S. lactics dan S. cremoris ( 0.7 – 0,8% ) dan rennet (
2,0 – 4 ml/100 1 ). Lalu ditutup selama 3 – 6 jam ( short set ) atau 16 jam (
long set ). Koagulan yang terjadi ditambahkan 1 persen garam sehingga flavornya
berubah. Kemudian dipompakan melalui air yang dingin.
·
Whey Cheese
Diproduksi dibeberapa negara Eropa. Dibuat dari susu skim atau susu
penuh. Susu dipanaskan beberapa jam pada suhu 85 – 900 C kemudian
susu diturunkan menjadi 40 – 450 C dan ditambahkan garam. Kemudian
ditambahkan kapang dan dikeringkan setelah itu didinginkan beberapa jam,
sehngga diperoleh keju yang padat tetapi lunak.
·
Keju Campuran
Dibuat dari campuran bebeapa jenis keju yang dibuat secara alami.
Ditambahkan flavor dan garam pengemulasi. Dipanaskan selama 4 – 8 menit pada
suhu 80 sampai 850 C atau 85 – 98 selama 8 – 15 menit untuk jenis
tertentu. Kelembaban yang rendah dan kadar garam yang rendah akan menghasilkan
keju dengan kualitas yang baik. Spesies
yang digunakan adalah Clostridia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar